Bali adalah salah satu warisan budaya yang sangat penting Kain Endek dan khas dari Pulau Dewata Bali. Kain tenun tradisional ini telah dikenal dan diproduksi oleh masyarakat Bali sejak abad ke-16, dengan akar kata “endek” yang berasal dari bahasa Bali yaitu “gendekan” atau “ngendek” yang berarti diam atau tidak berubah warnanya setelah pengikatan dan pencelupan Kain Endek Bali bukan hanya sebuah produk tekstil biasa, melainkan juga warisan budaya yang hidup di tangan para
pengrajin. Salah satu pengrajin yang berperan penting dalam pelestarian kain Endek adalah I Nyoman Dharma, yang dikenal pula sebagai Jro Mangku Dharma. Dalam wawancara yang dilakukan pada 22 Juli 2025, beliau berbagi kisah dan proses pembuatan kain Endek di Desa Sulang, Klungkung.
Pada era 1990-an hingga 2000-an, usaha tenun Endek yang dikelola oleh keluarga Dharma telah berkembang pesat hingga mempekerjakan sekitar 100 karyawan. Produksi ini menjadi napas penggerak ekonomi lokal sekaligus menjaga seni tenun tradisional agar tidak punah oleh kemajuan zaman. Keberadaan sekitar 100 karyawan yang sebagian besar adalah pengrajin lokal membuktikan bahwa tradisi membuat kain Endek tetap hidup dan berkembang. Di tengah persaingan mode modern, kain Endek dari Sulang menjaga ciri khas Bali melalui motif dan proses tenun yang tetap mempertahankan nilai asli. Pengrajin seperti I Nyoman Dharma bukan hanya sebagai pelestari seni tenun, tetapi juga penggerak ekonomi kreatif Bali, yang mampu menjawab kebutuhan pasar tanpa menghilangkan nilai budaya.
Pembuatan kain Endek melalui tahapan kompleks yang awalnya terdiri dari 14 proses, yang kemudian disederhanakan menjadi 12 tahapan utama. Salah satu bahan utama adalah benang lusi berkualitas 80/2, yang dicelupkan ke dalam pewarna alami menggunakan metode tradisional ulak kreret. Tahapan pengebumaman lusi dan nyucuk (memasukkan benang ke serat tugu dan ke guum) dilakukan dengan teliti dan membutuhkan dua orang pengerjaan selama satu hari penuh untuk menyelesaikannya.Tahapan lain seperti ngulak, mempen, mendesain (mebed), mencelup, memotong tali, nyatti, nyepih, dan ngeliying menjadi bagian esensial dalam menghasilkan motif kain yang indah dan bermakna. Motif Endek sendiri sangat fleksibel, bergantung pada permintaan pembeli dan tren pasar, menjaga keseimbangan antara tradisi dan inovasi.